EDISIINDONESIA.com – Pekerjaan fisik Proyek Starategis Nasional (PSN) Pembangunan Bendungan Waeapo, di Desa Wapsalit, Kecamatan Lolong Guba, Kabupaten Buru, Provinsi Maluku baru mencapai 35 persen.
Padahal kontrak Proyek strategis nasional tersebut telah ditandatangani sejak 28 Desember 2017 lalu.
Pekerjaan mega proyek ini meliputi pembangunan bendungan utama yang ditangani oleh PT Pembangunan Perumahan, dan PT Adhi Karya (KSO) untuk paket I dengan nilai kontrak sebesar Rp1,069 Triliun.
Untuk paket II pembangunan pelimpah atau spillway dilaksanakan oleh PT Hutama Karya, dan PT Jasa Konstruksi (KSO), dengan nilai kontrak Rp 1,013 Triliun dan ditambahkan dengan anggaran Supervisi atau Pengawasan Rp 74 miliar.
Jadi total pengerjaan proyek Bendungan Waeapo didanai dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) Tahun jamak 2017-2022, senilai Rp2,156 Triliun.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Proyek Bendungan Waeapo, Albi Daniel Hasudungan mengatakan memang kontak pengejaran Bendungan Waeapo mulai 28 Desember 2017, namun mulai pengerjaannya tahun 2020, disebabkan ada masalah terkait lahan.
“Dari Agustus 2020 sampai dengan sekarang (Januari 2022) progres pembangunan Bendungan Waeapo kurang lebih 35 persen,” kata Albi Daniel pada beberapa waktu lalu.
Saat Pemerintah Daerah Kabupaten Buru dan DPRD Kabupaten Buru melakukan kunjungan kerja, di Lokasi Pembangunan Bendungan Waeapo, Senin (17/1) lalu. Albi Daniel menjelaskan proses pengerjaan proyek Bendungan Waeapo.
“Dimana pada saat ini untuk paket I fokusnya pekerjaan galian, pekerjaan tubuh bendungan, kemudian ada pekerjaan terowongan. Untuk di paket II pekerjaan galian spillway dan
pekerjaan lingse bendungan untuk pariwisata,” ujar Albi Daniel.
PPK dari Balai Wilayah Sungai (BWS) Provinsi Maluku ini, jadi untuk secara manfaat Bendungan Waeapo ini banyak hal.
“Manfaat Bendungan Waeapo ini yang pertama untuk irigasi 10.000 ribu hektar dan untuk listrik 2 kali 4 MW atau 8 MW serta dengan lebih kurang 8000 rumah yang bisa diteriagi dan untuk air bersih sekitar setengah kubit dan menunjang pariwisata di Pulau Buru,” jelasnya.
Bendungan ini dibangun di atas lahan seluas 444,79 hektar. Luas genangannya mencapai 235,10 hektar, serta dapat menampung air maksimal 50 juta meter kubik.
Tipe Bendungan ini urugan zonal dengan inti tegak setinggi 72 meter.
Dalam perencanannya, Bendungan ini juga digadang akan memberikan manfaat berupa aliran air untuk dipakai sebagai pembangkit listrik 8 MW, serta mampu menerangi kurang lebih 8.750 rumah di wilayah Kabupaten Buru dan sekitarnya. (Fauzi)
Comment