MUNA, EDISIINDONESIA.com – Persoalan klasik menyangkut pemenuhan kebutuhan sebagian masyarakat Muna di Kecamatan Kontunaga, Lohia dan sekitarnya akan air bersih belum jua terpecahkan.
Meskipun Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) telah terbangun dan telah diresmikan di Kecamatan Kontunaga, namun belum bekerja secara optimal menyuplai kebutuhan air di rumah-rumah warga.
Atas kondisi tersebut, warga Kontunaga yang mengatasnamakan kelompok Gerakan Peduli Masyarakat Muna, kembali turun ke jalan melakukan aksi unjuk rasa menuntut Pemda Muna melalui Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait, untuk menuntaskan persoalan itu.
Koordinator aksi Irwan Sangia, menegaskan persoalan air bersih di wilayahnya cukup menguras daya dan energi masyarakat, akibat janji-janji yang tidak kunjung ditepati.
Ia mempertanyakan perihal penyebab sehingga air bersih belum mengaliri rumah-rumah penduduk, padahal saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) terakhir dipenghujung tahun 2021 lalu bersama DPRD Muna juga instansi terkait telah disepakati akan dituntaskan pada tahun lalu.
“Warga resah hanya dijanji-janji. Kami bahkan jadi bulan-bulanan, dijustifikasi, disindir dan disinggung warga akibat air bersih ini. Hari ini Sudah empat kali kami turun unjuk rasa. Kami berharap akhiri ketidakpastian ini dan beri kepastian bagi warga,” tegasnya di hadapan Sekda Muna Eddy Uga dan Direktur PDAM Muna Yayat Fariki, Senin (10/1/2022).
Irwan mengungkapkan, akibat krisis air bersih, warga terpaksa hanya mengandalkan air curahan hujan dikala musim penghujan dan ketika musim kemarau, warga harus membeli pada mobil tangki itupun jika mobil tangki pengangkut air tidak mengalami hambatan.
Kemudian pada lembaga legislatif, Irwan berharap ada ketegasan anggota dewan dengan mendesak instansi terkait agar menyeriusi keluh kesah warga.
Legislator, kata dia, jangan hanya menggugurkan kewajiban memanggil OPD terkait, lalu tidak ada penegasan serta hanya sebagai formalitas belaka, tetapi tidak ada eksekusinya.
“DPRD Dapil VI khususnya bang Andi Sapri di Kecamatan Kontunaga dan Irwan di Kecamatan Lohia, jangan lari-larikan warga. Kami hanya menuntut aspirasi kami diperjuangkan. Sebelum pemilihan biar warga yang tinggal di gunung dijumpai dikolong-kolong dicari, tapi ketika terpilih biar mau lewati kampungnya sudah tidak, kaca mobil dinaikan.” sindirnya ketika berorasi di halaman kantor DPRD Muna.
Sementara Sekda Muna, Eddy Uga, menjelaskan apa yang menjadi keresahan massa perihal air bersih di Kecamatan Kontunaga dan sekitarnya yang belum mengaliri rumah-rumah warga, bukan unsur kesengajaan melainkan karena kondisional.
“Ini karena anggaran yang terbatas. apalagi pada akhir tahun kemarin, kita diperhadapkan dengan tuntutan capaian vaksinasi harus mencapai 70 persen pada tahap pertama, jika tidak maka konsekuensinya akan ada pemotongan DAU, ” bebernya.
Kendati begitu, mantan Kadis PU Muna ini mengatakan pemenuhan kebutuhan air bersih tidak dikesampingkan begitu saja. telah ada langkah-langkah yang dilakukan baik itu oleh PDAM yang telah bekerja sama dengan DPMD melalui sharing Dana Desa (DD) maupun lewat dana pinjaman.
Direktur PDAM Muna, Nurhayat Fariki menambahkan sejatinya bersama DPMD telah menyepakati sharing DD untuk anggaran penyambungan pipa ke rumah-rumah penduduk.
Tetapi masih terdapat desa yang belum menyelesaikan pembayaran itu.
“Salah satu kendala masih ada desa yang belum melunasi. Kami tidak tau juga dimana kendalanya desa. Jadi saat ini baru sebagian desa yang telah melunasi untuk penyambungannya, ” katanya.
Dilanjutkan, pihaknya baru memasang 250 sambungan rumah dari total dua ribuan sambungan, sembari menunggu kelanjutannya yang telah diusulkan melalui dana pinjaman.
Lain lagi dengan reaksi dari anggota legislatif yang ditemui oleh Zahrir Baitul, Alang dan Iksanuddin.
Mereka mengira bahwa persoalan tersebut telah dituntaskan pada tahun lalu usai kesepakatan dalam RDP terakhir bersama pihak-pihak terkait, padahal faktanya RDP tersebut diingkari.
Untuk mempresure hal itu, para aleg yang nota benenya merupakan penyambungan asa masyarakat, mengaku akan menyurati kembali dan menggelar rapat, demi menjawab apa yang menjadi benang kusut persoalan klasik air bersih yang tidak kunjung menemui ujungnya. (**)
Reporter: Andik
Comment