Produk Baja dan Olahan Logam Diyakini Mampu Selamatkan Perdagangan Indonesia

EDISIINDONESIA.id – Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mengakui nilai ekspor-impor Indonesia telah mengalami kontraksi belakangan ini. Hal itu disebabkan oleh moderasi harga-harga komoditas andalan ekspor.

“Jadi itu seiring pelemahan harga komoditas global kita,” kata Deputi Bidang Ekonomi Bappenas, Amalia Adininggar Widyasanti dikutip Jumat, (21/6/2024).

Amalia mengatakan ekspor Indonesia didominasi oleh 3 komoditas, yaitu batu bara, minyak kelapa sawit mentah (CPO), dan produk baja dan olahan logam. Dia mengatakan dua komoditas pertama tergolong bahan mentah, sehingga harganya amat terpengaruhi oleh volatilitas harga global.

Kalau kita didominasi oleh ekspor komoditas yang non-olahan memang selalu akan rentan dengan volatilitas harga komoditas di pasar global,” katanya.

Sementara itu, Amalia mengatakan produk olahan logam dan baja berhasil menempati posisi ketiga sebagai akibat dari hilirisasi. Dia mengatakan capaian ekspor logam dan baja ini memberi sinyal bahwa Indonesia harus memfokuskan pada ekspor produk olahan.

“Akibat hilirisasi produk baja dan olahan di urutan ketiga, ini jadi sinyal buat Bappenas bahwa penting mendorong ekspor dari produk industri,” katanya.

Sebelumnya, sejumlah ekonom memperingatkan data-data ekspor-impor Indonesia menunjukan tren pelemahan. Pelemahan kinerja ekspor-impor ini bisa memberikan sinyal ekonomi Indonesia sedang lesu.

“Baik ekspor maupun impor sama-sama tumbuh melambat,” kata Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Telisa Aulia Falianty.

Data yang ditunjukkan oleh Telisa memperlihatkan kinerja ekspor RI sudah mulai turun sejak kuartal II 2023, setelah mengalami commodity booming pada 2021 sampai 2022. Secara year-on-year pada kuartal II 2023 ekspor Indonesia tumbuh negatif 17,56%. Penurunan itu kembali terjadi pada kuartal III dengan perolehan minus 17,8%. Lalu kuartal IV 2023 (-8,9%), dan kuartal I 2024 (-7,7%).

Di sisi lain, kinerja impor juga mulai melambat di kuartal I 2023 dengan pertumbuhan negatif 5,1%. Angka itu kembali turun pada kuartal II 2023 (-11,2%), kuartal III 2023 (-10,7%), dan kuartal IV 2023 (-1,7%), dan kuartal I 2024 (-0,65%).

“Pertumbuhan ekspor jauh lebih terkontraksi dari pertumbuhan impor, itu yang mengkhawatirkan,” katanya

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti menilai data ekspor-impor belakangan menunjukan tanda-tanda perlambatan ekonomi. “Kondisi impor turun dan ekspor turun, artinya ekonomi Indonesia mengalami perlambatan,” kata Esther.

Esther menilai pelemahan ekonomi ini terjadi karena faktor internal maupun global. Dia mengatakan dari sisi domestik ekspor Indonesia masih didominasi komoditas mentah. Sehingga nilai tambah pada ekspor Indonesia masih minim.

Sementara dari global, dia menilai konflik geopolitik yang terjadi mengakibatkan permintaan global terhadap produk-produk Indonesia menjadi berkurang. “Faktor global karena konflik geopolitik mengakibatkan distribusi barang terhambat dan suplai barang di pasar berkurang,” kata dia. (edisi/cnbc)

Comment