BUTENG, EDISIINDONESIA.com- Kisah piluh Nur si bocah (14) asal Desa Kancebungi, Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi Tenggara, terlahir kurang beruntung seperti anak pada umumnya. Ia mengalami kelainan terlahir tanpa anus.
Terlahir dari keluarga tak mampu, hingga kini Nur belum mendapatkan penangan medis atas kelainan yang dideritanya. Gadis belia ini, hingga kini terpaksa Buang Air Besar (BAB) melalui saluran yang dibuat di bagian perut.
Marni (37) Ibu dari Nur yang hanya berpenghasilan Rp 20 ribu per hari sebagai buruh tani pengikat tali rumput laut, hanya bisa pasrah melihat kondisi anaknya.
“Melihat kondisi anaku ini, saya binggung mencari biaya berobat dimana. Untuk makan kesaharian saja sudah susah dicari apa lagi untuk mau bawa dia pergi berobat,” kata Marni.
Wanita Tiga anak ini, sebagai orang tua tunggal (Janda) yang ditinggal pisah oleh suaminya, berkeinginan mendapat biaya berobat untuk anaknya. Namun apa daya dengan hasil kerja sebagai buruh tani, hanya cukup untuk kehidupan sehari-hari.
“Saya berkeinginan anak pertamaku (Nur) dapat tumbuh normal seperti anak-anak yang lain, bersekolah dan tumbuh kembang seperti anak seusianya. Akan tetapi, takdir berkata lain, karena sejak saya lahirkan 2007 silam, anaku ini hanya mampu beraktifitas ditempat tidur karena seluruh badannya tidak mampu melakukan aktifitas normal pada umumnya,” ujar Marni.
“Setiap malam dia merintih kesakitan, terutama jika buang air besar. Nafsu makan pun berkurang. Saya memiliki harapan (Nur) dapat dioperasi untuk memiliki lubang anus, terlahir normal seperti anak lainnya. Itu yang saya harapkan,” tambahnya.
Mendapat informasi atas keadaan yang di alami Nur, Ketua Posko Berbagi kota Baubau, Melani turun langsung melihat kondisi yang di alami Nur bersama Relawan Peduli Ummat Mawasangka.
“Saya sangat prihatin atas kondisi yang dia alami adik Nur yang terlahir tanpa anus ini. Di usianya 14 tahun harus terbaring lemas ditempat tidur atas penderitaan kalainan sejak lahir,” ujar Ibu Mey sapaan akrabnya Melani.
Melihat kondisi yang dialami Nur, lanjut Mey, selain memilki kelainan tanpa lubang anus, Nur mengalami gejala gizi buruk. Hal ini terlihat dari usianya yang beranjak 14 tahun, hanya memiliki berat badan 13 Kg.
“Berat badan yang dialami adik Nur, bukan ukuran anak sesuainya. Ini kemungkinan alami gejala gizi buruk,” urainya.
Dengan kondisi tak berdaya yang dialami Nur dan tanpa biaya, Posko Berbagi Baubau membawa Nur berobat ke Rumah Sakit di Kota Kendari.
“Dengan bermodalkan BPJS adik Nur dibawah di Kendari untuk mendapatkan penanganan medis. Namun untuk biaya tambahan lainya mengaharapkan bantuan dari dermawan,” ujar dia.
Bagi para dermawan yang akan memberikan bantuan untuk biaya berobat adik Nur, dapat langsung menghubungi Mey dengan nomor : 081355830400 atau donasi ke Rekening : 004.02.01.009838.9 atas nama Yayasan Posko Berbagi (red)
Comment