MALUKU, EDISIINDONESIA.com- Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Namlea, melakukan aksi unjuk rasa terkait kasus penembakan yang dilakukan oleh oknum Brimob Andre Batuwael yang menewaskan Mede Nurlatu, akhir pekan lalu.
Aksi tersebut dilaksanakan, di beberapa lokasi berbeda, diantaranya, di Jalan Simpang Lima Namlea, Kantor Bupati Buru dan Kantor DPRD Buru, Rabu (2/2/2022).
Aksi penembakan tersebut terjadi di Kawasan tambang emas ilegal Gunung Botak, Desa Persiapan Wansait, Desa Dava, Kecamatan Waelata, Kabupaten Buru, pada Sabtu (29/1) lalu.
Dalam orasinya, Ketua Umum HMI Cabang Namlea, Indirwan M. Souwakil mengatakan oknum Brimob dari Kompi 3 Batalyon (Yon) A Pelopor, Satuan Brimob Polda Maluku, Namlea melakukan penembakan tanpa seizin pimpinan.
“Andre Batuwael saya mau katakan buat kamu, kami juga anak adat, kalau kamu mau tunjuk jago, kami juga jago. Kamu tembak masyarakat adat itu tanpa seizin perintah pimpinan dan proses hukum Andre Batuwael sudah sejauh mana,” ucap Indirwan dalam orasinya, di Simpang Lima Namlea.
Lebih lanjut, dia menegaskan pihaknya tidak akan tinggal diam dengan kasus penembakan ini, harus ada proses hukum yang jelas terhadap pelaku dan Danki Brimob 3A Pelopor, IPTU Andri Fitriyansyah harus dicopot.
“Kami tidak akan tinggal diam, kami meminta bapak Kapolri di Jakarta agar segera mencopot bapak Danki Brimob karena telah memberikan anggotanya berjalan diluar jam dinas dengan membawa senjata api dan kemudian membunuh masyarakat adat,” kata dia.
Maka dari itu, menurutnya HMI Cabang Namlea menganggap Kapolres Pulau Buru, AKBP Egia Febri Kusumawiatmaja gagal dalam memimpin atau mengamankan hukum dalam amanah konstitusi undang-undang Republik Indonesia tahun 1945.
“Maka dari itu, kami juga meminta bahwa kalau bapak Kapolres tidak mampu menjalankan undang-undang, maka ada yang lain yang mampu menjalankan undang-undang yang ada di negara Republik Indonesia,” ucapnya.
Dia menjelaskan kalau Kapolres dan yang lain itu, tidak mampu, ada
Kapolri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo di Jakarta diminta untuk mencopot anggotanya dari jabatannya.
“Kami meminta bapak Kapolri di Jakarta mencopot bapak Kapolda Maluku, Kapolres Pulau Buru dan juga bapak dan Danki Brimob yang telah membiarkan anggota berjalan dengan senjata api dan membunuh saudara Mede Nurlatu,” tegasnya.
Dia menambahkan setelah kejadian penembakan tersebut, kemudian ada pembunuhan terhadap Aladin alias Naruto, pembunuhan itu juga sampai saat ini belum ditemukan pelakunya siapa.
“Karena jangan sampai masyarakat adat dan masyarakat yang hari ini yang membela saudara Toni Batuwael melakukan penyerangan sehingga antara warga dengan warga saling menyerang satu sama lain, nah ini tindakan yang harus diantisipasi oleh pihak kepolisian,” tutupnya.
Setalah melakukan orasi di Simpang Lima Namlea, massa aksi melakukan perjalanan menuju Kantor Bupati Buru.
Setibanya di Kantor tersebut, massa aksi melakukan orasi secara bergantian, salah satunya Sekertaris Umum HMI Cabang Namlea, Ateng Facey.
Menanggapi aksi tersebut, Asisten I
Sekretariat Daerah (Setda) Buru, Masri Bugis menyampaikan, akan menindak lanjuti tuntutan para demosntran.
“Saran-saran yang disampaikan akan kita tampung, serta dalam waktu dekat ini kita akan mencari solusi, terkait dengan permasalahan yang ada,” ucap Bugis.
Dia menambahkan pemerintah daerah selama ini selalu melakukan koordinasi dengan Dandim 1506/Namlea dan Kapolres Pulau Buru.
“Selama ini juga, kita terus berkoordinasi dengan unsur forkopimda, terkait dengan penanganan gunung botak,” tutup Masri.(**)
penulis: Fauzi
Comment