KENDARI, EDISIINDONESIA.id – Seluas 210 hektare lahan persawahan di kawasan Amohalo, Kelurahan Baruga, Kecamatan Baruga, Kota Kendari terancam gagal panen akibat badai El Nino atau kekeringan.
Untuk meminimalisir dampak gagal panen tersebut, Penjabat (Pj) Wali Kota Kendari, Asmawa Tosepu meminta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk menggunakan 3 dari 5 mesin pompa air untuk mengalihkan air ke kawasan persawahan Amohalo.
Kata dia, hal tersebut harus dilakukan untuk menyelematkan sejumlah sawah yang masih berpotensi panen, sehingga potensi gagal panen bisa dikurangi.
“Untuk kawasan, lahan-lahan yang masih produktif yang masih bisa kami selamatkan, kami selamatkan terlebih dahulu itu prioritas,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas (Kadis) Pertanian Kota Kendari, Sahurianto mengatakan kekeringan menyebabkan tanaman padi menjadi kerdil, kuning kecoklatan, daun menggulung hingga terbakar, anakan berkurang, pertumbuhan bulir tidak maksimal hingga biji hampa.
“Rencana Panen pada Akhir Oktober hingga September 2023 dengan Resiko PUSO seluas 28 Hektar (data pengamatan per awal Oktober 2023) dengan peluang gagal panen akan bertambah hingga akhir Oktober 2023,” bebernya.
Untuk menangani persoalan itu, suplai air melalui Pompanisasi akan dimaksimalkan untuk memenuhi kebutuhan air pada areal seluas 210 ha yang terdampak.
“Tapi masih dibutuhkan Mesin Pompa Air/Alkon untuk mengurangi, antisipasi luasan gagal panen yang berpeluang semakin bertambah,” ungkapnya.
Apalagi, prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) musim kemarau berakhir di sebagian Indonesia mulai akhir Oktober 2023.
Musim penghujan diperkirakan dimulai November 2023 dan puncaknya akan terjadi pada Januari-Februari 2024 pada beberapa wilayah Indonesia. Fenomena El-Nino masih akan bertahan dan berangsur berakhir pada bulan Februari-Maret 2024 seiring datangnya musim hujan. (**)
Comment