EDISIINDONESIA.id – Partai Demokrat resmi mendukung Prabowo Subianto sebagai bakal calon Presiden (bacapres) 2024. Meraih efek ekor jas setelah dukungan tersebut dinilai sulit.
Analis politik Unhas, A Ali Armunanto menjelaskan, itu sulit didapatkan. Hal ini karena selama satu tahun terakhir, Demokrat itu sudah mengampanyekan Anies Baswedan sebagai bacapres.
Bahkan, banyak pengurus-pengurus Demokrat yang menjadi relawan Mileanies dan secara besar-besaran partai berlambang Mercy itu telah mengampanyekan Anies.
“Terakhir setelah Demokrat bergabung, Ni’matullah (Ketua Demokrat Sulsel, red) misalnya bilang sudah rugi ratusan juta atas baliho yang dicetak tidak sempat dipasang,” ungkap Ali.
Kondisi inilah kata Ali yang menjadi masalah besar karena sudah terlanjur tertanam image di publik bahwa Demokrat adalah pendukung Anies. Membangun image itu mereka sudah kerjakan setahun lebih, sementara ketika pindah ke Prabowo, Demokrat harus memutar balik image itu.
“Tentu ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Mereka butuh brand image yang baru, mereka butuh asosiasi persepsi yang baru, dan memutar balik apa yang telah disampaikan, karena itu sudah terlanjur sudah dicerna publik,” jelas Ali.
Sementara, waktu Demokrat tersisa kurang lebih 5 bulan untuk mengubah hal tersebut. Merubah yang sudah setahun telah dikerjakan dan mereka telah jor-joran.
Justru, menurut Ali, yang bisa saja terjadi adalah Demokrat tidak mendapat keuntungan elektoral apa-apa dari pemilih Prabowo. Bahkan, Demokrat juga akan ditinggalkan dengan para mileanies-mileanies yang sangat loyal.
“Saya dapat bocoran bahwa banyak dari Mileanies yang akan mengundurkan diri dari caleg Demokrat. Artinya kalau itu mau dijadikan sampel, itu seperti puncak gunung es,” ungkap Ali.
Hal ini kata dia membuat Demokrat perlu kerja keras untuk lima bulan ini mengganti brand image itu. Hal itu susah karena sudah berjalan satu tahun, tetapi tiba-tiba diganti.
“Bagaimana cara mereka menarik ucapan-ucapan mereka, janji-janji mereka, persepsi yang sudah mereka bangun dan wacana yang sudah mereka ciptakan itu harus mereka hancurkan kembali dan membangun brand image lagi bersama Prabowo,” imbuhnya.
Sebenarnya kata Ali, saat bersama Anies pun, Demokrat belum terlalu berhasil. Mereka belum terlalu mendapat keuntungan elektoral. Apalagi ini dalam waktu yang dekat, mereka harus mengampanyekan Prabowo. Belum lagi jika dihitung, berapa banyak pengurus Demokrat yang kecewa karena peralihan itu.
Tagline “Perubahan” yang selalu digaungkan oleh Demokrat selama ini dinilai sudah tidak relevan lagi. Itu karena mereka sudah mendukung keberlanjutan.
“Itu juga yang menjadi masalah. Misalnya yang selama ini membangun antikorupsi dan lain-lain, lalu tiba-tiba wacana itu mereka balikan sendiri,” jelasnya.
Ditambah lagi, simpatisan Prabowo juga dari sejak awal sudah dijadikan musuh oleh Demokrat.
“Jadi saat ini mereka terjepit sendiri. Walaupun ini keputusan baik karena jalan satunya ke Prabowo. Sebab tidak ada jalan lain, sebab di PDIP tidak dibutuhkan dan Nasdem di khianati. Tapi akan berat dibanding dengan partai yang lebih awal bergabung seperti Golkar dan PAN. Butuh tenaga ekstra dua kali lipat karena mereka harus membangun lagi,” jelas Dosen Fisip Unhas itu.
Ketua DPD Demokrat Sulsel, Ni’matullah mengatakan Demokrat Sulsel senang dengan keputusan Rapimnas mendukung Prabowo. Dengan begitu kata dia, maka sudah jelas arah kerja politik Demokrat terkait pilpres.
Apalagi kata dia, koalisi ini Demokrat akan bekerja sama dengan sahabat-sahabat yang memang selama ini sudah cukup dekat dan akrab di Sulsel, Gerindra, Golkar, dan PAN, serta partai koalisi lainnya. “Chemistry-nya mudah dibangun. Insyaallah menang,” kata Ni’matullah. (edisi/fajar)
Comment