Minyak Kita Masih Langka, Nusron Wahid: Banyak Distributor Rangkap Jadi Pengecer

JAKARTA, EDISIINDONESIA.Id – Kelangkaan yang kerap terjadi pada produk minyak kita disoroti anggota Komisi VI DPR RI, Nusron Wahid.

Menurutnya distribusi minyak kita masih perlu diatur lebih teknis, sebab banyak produsen juga anak perusahaan dan afiliasinya justru merangkap menjadi distributor atau pengecer sendiri.

Akibatnya, minyak goreng yang harusnya dijual murah untuk rakyat itu kini tengah langka. Kalaupun ada, banyak dijual di atas harga eceran tertinggi (HET).

“Salah satu penyebab harga di atas HET adalah produsen serakah. Membuat anak usaha dan afiliasi menjadi D1 dan D2 sendiri. Rata-rata menjual di atas ketentuan,” papar Nusron dalam Rapat Kerja dengan Menteri Perdagangan, di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (15/3).

Karenanya politisi Golkar itu meminta agar Zulkifli Hasan selaku menteri Perdagangan untuk melarang produsen juga anak perusahaan dan afiliasinya merangkap menjadi distributor atau pengecer sendiri.

Tidak hanya itu Nusron juga mendorong pemerintah mengurangi beban leavy kepada eksportir minyak goreng yang bersedia mengalokasikan minyak miliknya untuk kemasan Minyakita.

Minyak goreng yang harusnya dijual murah untuk rakyat itu kini tengah langka. Kalaupun ada, banyak dijual di atas harga eceran tertinggi (HET).

Guna mengatasi kelangkaan dan harga yang mahal ini, Nusron Wahid pun meminta Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan melarang produsen juga anak perusahaan dan afiliasinya untuk menjadi distributor sendiri.

“Salah satu penyebab harga di atas HET adalah produsen serakah. Membuat anak usaha dan afiliasi menjadi D1 dan D2 sendiri. Rata-rata menjual di atas ketentuan,” papar Nusron dalam Rapat Kerja dengan Menteri Perdagangan, di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (15/3).

“Ada D1 yang menjual di harga Rp 12.500 kepada D2. Padahal peraturan harus dijual ke pengecer akhir Rp 12.600,” sambung Nusron.

Politikus Partai Golkar itu pun mendorong pemerintah mengurangi beban leavy kepada eksportir minyak goreng yang bersedia mengalokasikan minyak miliknya untuk kemasan Minyakita. Termasuk tidak membuat D1 sendiri.

“Idealnya 60 persen minyak DMO dan DPO bentuk kemasan. Karena itu kasih lah insentif dengan pengurangan leavy. Saya yakin banyak produsen bergeser dari jual curah,” jelasnya.

“Saya yakin akan tertib dan seimbang. Produsen senang. Rakyat gembira dan pemerintah tidak pusing akibat gejolak minyak goreng,” imbuhnya.

Nusron meyakini langkah ini bisa jadi solusi ampuh atas kelangkaan stok Minyakita saat ini. (EI/Rmol)

Comment