Foto Capres Ganjar Minum Kopi Pakai Tangan Kiri Viral dan Jadi Perbincangan

EDISIINDONESIA.id — Beredar sebuah foto dengan narasi bahwa foto Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sedang minum dengan tangan kiri hasil rekayasa atau editan. Foto ini beredar di media sosial.

Adalah akun twitter @henrysubiakto yang turut mengunggah foto dengan narasi tersebut, Rabu, 24 Mei 2023. Berikut narasi selengkapnya:

“Hati2 menghadapi rekayasa informasi di medsos. Siapapun bisa jadi sasaran. Ini sekedar contoh. Minum pakai tangan kanan bisa dibalik jadi nampak dg tangan kiri, atau sebaliknya, kiri jadi kanan . Teknologi bisa membolak balik gambar, dengan mirorring hingga manipulasi informasi.”

Dilansir dari JPNN, foto itu memperlihatkan kegiatan Ganjar saat minum kopi bersama masyarakat pengelola desa wisata di Desa Samiran, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Juli 2022 lalu.

Foto ini pun sontak menjadi viral dan menjadi bahasan banyak pihak utamanya di Twitter.

Saya setuju pak. Teknologi memang bisa lakukan banyak hal. Tinggal kita verifikasi pakai ilmu / tidak. Yg bapak jadikan contoh justru benar pakai tangan kiri & ga sesuai Captionnya. Ini artinya justru bapak yg nggak hati²,” tulis netizen akun @blank0429 merespons kicauan Henri Subiakto yang dianggap tidak tepat.

Kicauan Henri Subiakto memuat 1.400 komentar. Mayoritas mengkritik dosen Unair itu. “Lupa ngedit tulisan “helo” coba bandingkan dengan yg asli, malah jadi ketauan kalo ngibul 😀”.

Pakar Ilmu Komunikasi dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten Darwis Sagita mengatakan, di dalam masyarakat dan kebudayaan Indonesia, simbol merupakan bagian dari kontruksi sosial sebagai bentuk cara dari berkomunikasi. Simbol lebih mudah dan lugas disampaikan. Namun, kekurangannya dia tidak naratif seperti verbal. “Akibatnya simbol jadi memunculkan multi persepsi,” ujarnya kepada Republika.

Seperti dalam kasus Ganjar meminum kopi dengan tangan kiri. Sebagai sebuah simbol ia bisa dimaknai oleh banyak pihak. Tapi tidak naratif, apalagi hanya diambil dari potongan-potongan gambar. “Jadi sudah sebaiknya memang kita harus cerdas dalam mencari referensi dan literasi agar tidak tersesat di rimba media sosial ini,” katanya menambahkan. (**/Dir)

Comment