Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) menyebutkan bahwa nilai transaksi ekspor pada Agustus 2021 mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya.
Hal itu juga terjadi pada volume ekspor di Sultra yang mengalami penurunan.
Kepala BPS Sultra, Agnes Widyastuti mengungkapkan nilai transaksi ekspor Sultra pada Agustus 2021 mencapai US$307,27 juta atau sebesar Rp4,29 triliun.
Nilai ekspor tersebut mengalami penurunan 19,71% dibanding ekspor Juli 2021 senilai US$382,73 juta atau Rp5,35 triliun.
“Sementara itu, kami mencatat volume ekspor Sultra pada Agustus 2021 sebesar 147 ribu ton. Turun sebesar 24,98% dibanding volume ekspor bulan sebelumnya 197 ribu ton, ” ungkapnya, Sabtu (2/10).
Agnes menjelaskan, scara kumulatif nilai ekspor Sultra pada Januari hingga Agustus 2021, yaitu US$2.596 juta atau sebesar Rp36,34 triliun, meningkat sebanyak 124% dibanding periode yang sama pada 2020 sebesar Rp16,18 triliun. Untuk volume ekspor secara kumulatif Januari hingga Agustus 2021 mengalami kenaikkan 73,47% dibanding Januari hingga Agustus 2020, yaitu dari 831 ribu ton menjadi 1.441 ribu ton.
Lanjutnya, penurunan terbesar ekspor Sultra pada Agustus 2021 terjadi di komoditas besi dan baja senilai US$76,10 juta atau sebesar Rp1,06 triliun. Menurun sebanyak 19,99% dari bulan sebelumnya. Meskipun demikian, komoditas besi dan baja masih menjadi ekspor terbesar Sultra Agustus 2021 sebesar US$304,57 juta atau sebesar Rp4,27 triliun sedangkan komoditas lainnya terjadi kenaikkan nilai ekspor.
Agnes menuturkan, ekspor Sultra pada Agustus 2021 untuk komoditas ikan dan udang senilai US$2,37 juta atau sebesar Rp33,18 miliar. Meningkat sebanyak 17,51% dibanding bulan sebelumnya Juli 2021 US$2,01 juta atau sebesar Rp28,14 miliar. Sementara untuk ekspor pada komoditas biji-bijian berminyak senilai US$0,30 juta atau sebesar Rp4,2 miliar, naik 947,92% dibanding bulan sebelumnya US$0,03 juta atau Rp420 juta.
“Januari hingga Agustus 2021, negara tujuan ekspor utama Sultra, yaitu Tiongkok, India, Belanda, Amerika Serikat, Belanda, dan Korea Selatan. Peranan kelima negara tersebut mencapai 99,76% dari total ekspor Sultra,” ucapnya.
Agnes menambahkan, turunnya nilai ekspor Sultra dipengaruhi oleh turunnya ekspor komoditas besi dan baja. Dalam periode Januari hingga Agustus 2021 juga terdata bahwa Tiongkok menjadi tujuan utama ekspor Sultra dengan peranan terbesar senilai US$2.429,55 juta atau Rp34 triliun atau 93,60%, disusul India US$127,70 juta Rp1,78 triliun atau 4,92% dan Amerika Serikat US$13,16 juta atau Rp182 miliar atau 0,51%.
“Komoditas utama yang di ekspor ke Tiongkok pada periode Agustus 2021 yaitu besi dan baja yang masih didominasi oleh industri pengolahan,” pungkasnya. (**)
Comment